Alterasi
Hidrotermal
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks,
karena meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan
dari interaksi larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya pada kondisi
fisika – kimia tertentu (Pirajno, 1992).
Larutan hidrotermal
terbentuk pada fase akhir siklus pembekuan magma. Interaksi antara larutan
hidrotermal dengan batuan yang dilewati akan menyebabkan terubahnya
mineral-mineral penyusun batuan samping dan membentuk mineral alterasi. Larutan
hidrotermal tersebut akan terendapkan pada suatu tempat membentuk mineralisasi
(Bateman, 1981).
Faktor-faktor
dominan yang mempengaruhi pengendapan mineral di dalam sistem hidrotermal
terdiri dari empat macam (Barnes, 1979; Guilbert dan Park, 1986), yaitu: (1) Perubahan
temperatur; (2) Perubahan tekanan; (3) Reaksi kimia antara fluida hidrotermal
dengan batuan yang dilewati; dan (4) Percampuran antara dua larutan yang
berbeda. Temperatur dan pH fluida merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi
mineralogi sistem hidrotermal. Tekanan langsung berhubungan dengan temperatur,
dan konsentrasi unsur terekspresikan di dalam pH batuan hasil mineralisasi
(Corbett dan Leach, 1996).
Guilbert dan Park
(1986) mengemukakan alterasi merupakan perubahan di dalam komposisi mineralogi
suatu batuan (terutama secara fisik dan kimia), khususnya diakibatkan oleh aksi
dari fluida hidrotermal. Alterasi hidrotermal merupakan konversi dari gabungan
beberapa mineral membentuk mineral baru yang lebih stabil di dalam kondisi
temperatur, tekanan dan komposisi hidrotermal tertentu (Barnes, 1979; Reyes,
1990 dalam Hedenquist, 1998). Mineralogi batuan alterasi dapat mengindikasikan
komposisi atau pH fluida hidrotermal (Henley et al., 1984 dalam Hedenquist,
1998).
Corbett dan Leach
(1996) mengemukakan komposisi batuan samping berperan mengkontrol mineralogi
alterasi. Mineralogi skarn terbentuk di dalam batuan karbonatan. Fase adularia
K-feldspar dipengaruhi oleh batuan kaya potasium. Paragonit (Na-mika) terbentuk
pada proses alterasi yang mengenai batuan berkomposisi albit. Muskovit
terbentuk di dalam alterasi batuan potasik.
Sistem pembentukan
mineralisasi di lingkaran Pasifik secara umum terdiri dari endapan mineral tipe
porfiri, mesotermal sampai epitermal (Corbett dan Leach, 1996). Tipe porfiri
terbentuk pada kedalaman lebih besar dari 1 km dan batuan induk berupa batuan
intrusi. (Sillitoe, 1993 dalam Corbett dan Leach, 1996) mengemukakan bahwa
endapan porfiri mempunyai diameter 1 sampai > 2 km dan bentuknya silinder.
Tipe mesotermal
terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah, dan bertemperatur > 300oC (Lindgren, 1922 dalam Corbett dan Leach, 1996).
Kandungan sulfida bijih terdiri dari kalkopirit, spalerit, galena, tertahidrit,
bornit, dan kalkosit. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, karbonat (kalsit,
siderit, rodokrosit), dan pirit. Mineral alterasi terdiri dari serisit, kuarsa,
kalsit, dolomit, pirit, ortoklas, dan lempung. Tipe
epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300oC, dan fluida hidrotermal diinterpretasikan bersumber
dari fluida meteorik. Endapan tipe ini merupakan kelanjutan dari sistem
hidrotermal tipe porfiri, dan terbentuk pada busur magmatik bagian dalam di
lingkungan gunungapi kalk-alkali atau batuan dasar sedimen (Heyba et al., 1985
dalam Corbett dan Leach, 1996). Sistem ini umumnya mempunyai variasi endapan
sulfida rendah dan sulfida tinggi (gambar 2.3). Mineral bijih terdiri dari
timonidsulfat, arsenidsulfat, emas dan perak, stibnite, argentit, cinabar,
elektrum, emas murni, perak murni, selenid, dan mengandung sedikit galena,
spalerit, dan galena. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, ametis, adularia,
kalsit, rodokrosit, barit, flourit, dan hematit. Mineral alterasi terdiri dari
klorit, serisit, alunit, zeolit, adularia, silika, pirit, dan kalsit.
Interaksi antara fluida hidrotermal dengan
batuan yang dilewatinya ( batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya
mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan ( mineral alterasi ), maupun
fluida itu sendiri ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004).
Alterasi hidrotermal akan bergantung pada
:
1.
Karakter batuan dinding.
2.
Karakter fluida ( Eh, pH ).
3.
Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi
berlangsung ( Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004 ).
4.
Konsentrasi.
5.
Lama aktivitas hidrotermal ( Browne, 1991, dalam
Sutarto, 2004 ).
Walaupun faktor-faktor di atas saling
terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida kemungkinan merupakan faktor yang
paling berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal ( Corbett dan Leach, 1996,
dalam Sutarto, 2004 ). Henley dan Ellis ( 1983, dalam Sutarto, 2004 ),
mempercayai bahwa alterasi hidrotermal pada sistem epitermal tidak banyak
bergantung pada komposisi batuan dinding, akan tetapi lebih dikontrol oleh
kelulusan batuan, tempertatur, dan komposisi fluida.
Batuan dinding (wall rock/country
rock) adalah batuan di sekitar intrusi yang melingkupi
urat, umumnya mengalami alterasi hidrotermal. Derajat dan lamanya proses
alterasi akan menyebabkan perbedaan intensitas alterasi dan derajat alterasi
(terkait dengan stabilitas pembentukan). Stabilitas mineral primer yang
mengalami alterasi sering membentuk pola alterasi ( style of
alteration ) pada batuan ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004 ). Pada
kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan menghasilkan kumpulan mineral
tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral ( mineral
assemblage ) (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004). Setiap
himpunan mineral akan mencerminkan tipe alterasi ( type of alteration).
Satu mineral dengan mineral tertentu seringkali dijumpai bersama ( asosiasi
mineral ), walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang
berbeda, sebagai contoh klorit sering berasosiasi dengan piroksen atau biotit.
Area yang memperlihatkan penyebaran kesamaan himpunan mineral yang hadir dapat
disatukan sebagai satu zona alterasi. Host rock adalah batuan
yang mengandung endapan bijih atau suatu batuan yang dapat dilewati larutan, di
mana suatu endapan bijih terbentuk. Intrusi maupun batuan dinding dapat
bertindak sebagai host rock.
No comments:
Post a Comment